Pages

Tuesday, January 22, 2013

Filsafat Ilmu & Logika : Statistika


 STATISTIKA

Sekitar tahun 1645 seorang ahli matematika amatir, Chevalier de Mere, mengajukan beberapa permasalahan mengenai judi kepada seorang ahli matematika Prancis, Blaise Pascal (1623 – 1662). Pascal tertarik dengan permasalahan yang berlatar belakang teori ini dan kemudian mengadakan korespondensi dengan ahli matematika Prancis lainnya yaitu Pierre de Fermat  (1601 – 1665), dan keduanya mengembangkan cikal bakal teori peluang. Teori ini berkembang menjadi cabang khusus dalam statistika sebagai pelengkap teori peluang yang bersifat obyektif.
Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi dan bahkan Eropa dalam abad pertengahan. Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Abraham Demoivre (1667 – 1754) mengembangkan teori galat atau kekeliruan (theory of error). Tahun 1757 Thomas Simpson menyimpulkan bahwa terdapat suatu distribusi yang berlanjut (continuous distribution) dari suatu variabel dalam suatu frekuensi yang cukup banyak. Pierre Simon De Laplace (1749 – 1827) mengembangkan konsep Demoivre dan Simpson ini lebih lanjut dan menemukan distribusi normal ; sebuah konsep yang mungkin paling umum dan paling banyak dipergunakan dalam analisis statistika disamping teori peluang. Distribusi lain, yang tidak berupa kurva normal, kemudian ditemukan oleh Francis Galton (1822 – 1911) dan Karl Pearson (1857 – 1936).
Teknik kuadrat terkecil (least squares) simpangan baku dan galat baku untuk rata – rata (the standard error of the mean) dikembangkankan Karl Friedrich Gauss (1777 – 1855). Pearson melanjutkan konsep – konsep Galton dan mengembangkan konsep regresi, korelasi, distribusi chi–kuadrat dan analisis statistika untuk data kualitatif disamping menulis buku The Grammar Of Science, sebuah karya klasik dalam filsafat ilmu. William Searly Gosset yang terkenal dengan nama samaran “Student” mengembangkan konsep tentang pengambilan contoh. Disain Eksperimen dikembangkan oleh Ronald Alylmer Fisher (1890 – 1962) disamping analisis varians dan kovarians, distribusi-z, distribusi-t, uji signifikandan teori tentang perkiraan (theory of estimation).
Demikianlah, statistika yang relatif sangat muda dibandingkan dengan matematika, berkembang dengan sngat cepat terutama dalam dasawarsa lima puluh tahun belakangan ini. Dengan memasyarakatnya berpikir ilmiah, mungkin tidak terlalu berlebihan apa yang dikatakan oleh H.G. Wells bahwa suatu hari berpikir statistik akan merupakan keharusan bagi manusia seperti juga membaca dan menulis.

STATISTIKA DAN CARA BERPIKIR DEDUKTIF

Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Pengujian mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus – kasus yang bersifat individual. Penarikan kesimpulan induktif  pada hakikatnya berbeda dengan penarikan kesimpulan secara deduktif. Penarikan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan mengenai banyaknya kasus yang harus kita amati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum. Untunglah dalm hal ini statistika memberikan sebuah jalan keluar. Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada pokoknya didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil, maka makintinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalita antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar – benar terkait dalam suatu hubungn yang bersifat empiris. Meski dalam penarikan kesimpulan secara induktif kekeliruan memang tidak bisa dihindarkan dikarenakan alat – alat atau pancaindera manusia yang tidak sempurna yang dapt mengakibatkan berbagai kesalahan dalam pengamatan, namun penarikan kesimpulan secara statistic memungkinkan kita untuk melakukan kegiatan ilmiah secara ekonomis, dimana tanpa statistika  hal ini tak mungkin dapat dilakukan.

KARAKTERISTIK BERPIKIR INDUKTIF

                Kesimpulan yang didapat dalam berpikir deduktif merupakan suatu hal yang pasti, di mana jika kita mempercayai premis – premis yang dipakai sebagai landasan penalarannya, maka kesimpulan penalaran tersebu juga dapat kita percayai kebenarannya sebagaimana kita mempercayai premis – premis  terdahulu. Hal ini tidak berlaku dalam kesimpulan yang ditarik secara induktif, meskipun premis yang dipakainya adalah benar penalaran induktifnya adalah sah, namun kesimpulannya mungkin saja salah. Logika induktif tidak memberikan kepastian namun sekadar tingkat peluang bahwa untuk premis – premis tertentu dapat ditarik. Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan secara induktif berdasarkan peluang tersebut.
            Penguasaan statistika mutlak diperlukan untuk dapat berpikir ilmiah. Statistika harus mendapat tempat yang sejajar dengan matematika agar kesetimbangan berpikir deduktif dan induktif yang merupakan cirri dari berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan baik. Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah maka statistika membantu kita untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakteristiksuatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.

0 komentar: