ANTROPOLOGI
“Arti Kerbau Bagi Suku Minangkabau”
Disusun
Oleh :
DIANA KARTINI PUTRI
2012 – 66 - 108
Fakultas Fisioterapi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
© 2012
PEMBAHASAN
Suku
Minangkabau memang mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan hewan ternak
berkaki empat yang disebut kerbau. Hal itu antara lain terlihat pada berbagai
identitas budaya Minang, seperti atap rumah tradisional mereka (Rumah
Bogonjong). Rumah
adat yang kerap disebut juga Rumah Gadang itu berbentuk seperti tanduk kerbau.
Begitu pula pada pakaian wanitanya (Baju Tanduak Kabau).
Sudah
beratus-ratus tahun lamanya kerbau menjadi salah satu hewan terfavorit di
Provinsi Sumbar. Badan kerbau yang besar dan kekar dianggap mampu membantu
berbagai macam pekerjaan manusia. Salah satu pekerjaan kuno yang dikerjakan
dengan bantuan tenaga kerbau adalah menggiling tebu. Dengan alat sederhana,
sang kerbau diikat di sebilah bambu yang terhubung pada alat pemeras tebu
tradisional. Selama delapan jam bekerja, sang kerbau terus-menerus berputar
mengelilingi alat pemeras. Uniknya, agar sang kerbau tidak pusing kepala, mata
hewan itu ditutup dengan dua buah batok kelapa yang dilapisi kain. Air tebu hasil perasan
sang kerbau itulah yang kemudian menjadi cikal bakal pembuatan gula merah
tradisional. Masyarakat Minang percaya gula merah hasil kerja keras sang kerbau
lebih gurih ketimbang dari alat modern.
Dari
sisi sejarah, hewan kerbau bagi suku besar di Sumbar ini telah mengantarkan
kejayaan mereka di masa silam. Konon, dahulu kala karena bantuan kerbau-lah
masyarakat di Sumbar menang perang melawan suku Jawa.
Alkisah
pada masa lalu Ranah Minangkabau mendapat ancaman serangan dari kerajaan yang
kuat dari daerah Jawa. Untuk menghindari pertempuran fisik yang pasti banyak
memakan korban, orang Minangkabau melakukan diplomasi dan mengusulkan agar
peperangan tersebut diganti dengan adu kerbau. Usul tersebut disetujui oleh
raja dari Jawa, kemudian dikirimlah kerbau yang besar dan perkasa. Dari
Minangkabau disiapkan anak kerbau tetapi yang kehausan dan di tanduknya
dipasang taji.
Saat
dimulai pertarungan, ketika anak kerbau yang masih kecil itu menoleh ke kerbau
dari Jawa, serta merta menyeruduk perut lawannya yang dikira ibunya dan menikam
kerbau dari Jawa hingga mati. “Oleh pihak penyerang dicarilah kerbau yang
terbesar di daerahnya dan ditempatkan
ditengah ladang. Orang sini hanya anak kerbau yang sedang menyusu. Karena anak kerbau yang sudah dua
hari tak minum susu, dia lari mengejar susu ibunya. Jadi perut kerbau besar itu
robek dan dia lari,” kisah Datuk Bandaro Panjang, pemuka adat.
Raja
Jawa mengakui kemenangan ini dan akhirnya mengurungi niatnya untuk menyerang
Minangkabau. Sejak
itulah orang Minangkabau konon memakai nama Minangkabau yang berarti Menang
Dalam Pertandingan Kerbau sebagai identitas Budayanya.
Sumber
referensi :
0 komentar:
Post a Comment