PSIKOLOGI
KESEHATAN
“ Death And Dying”
Disusun
Oleh :
DIANA KARTINI PUTRI
2012 – 66 – 108
Fakultas Fisioterapi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
© 2013
DEATH AND DYING
Tak
dapat dipungkiri kematian itu tak dapat dihindari dari kehidupan sehari-hari
kita. Kematian tidak pandang bulu, anak-anak, remaja maupun orang dewasa
sekalipun dapat mengalami hal ini. Kita tak tahu kapan kematian akan menjemput
kita. Kematian seakan menjadi ketakutan yang sangat besar di hati kita.
Proses
terjadinya kematian diawali dengan munculnya tanda-tanda yaitu sakaratul maut
atau dalam istilah disebut dying. Oleh karena itu perlunya pendampingan pada
seseorang yang menghadapi sakaratul maut (Dying).
Sangat
penting diketahui oleh kita, sebagai tenaga kesehatan tentang bagaimana cara
menangani pasien yang menghadapi sakaratul maut. Inti dari penanganan pasien
yang menghadapi sakaratul maut adalah dengan memberikan tenaga kesehatanan yang
tepat, seperti memberikan perhatian yang lebih kepada pasien sehingga pasien
merasa lebih sabar dan ikhlas dalam menghadapi kondisi sakaratul maut.
1) Sakaratul
Maut (Dying)
Sakaratul
maut (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang
memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Suatu keadaan dimana
klien sudah dalam kondisi mendekati ajal ( sekarat ). Pasien dalam kondisi tersebut biasanya mempunyai
berbagai keinginan / harapan tertentu sebelum mati. Bila memungkinkan,
permintaan tersebut sebisa mungkin dapat dipenuhi.
Tahap
– Tahap Dying menurut Kubler – Ross :
Denial
1.
menyangkal
2.
merepresikan kenyataan
3.
mengisolasi diri terhadap kenyataan
Anger
1.
mengekspresikan rasa kemarahan dan permusuhan
2.
bersikap menyalahkan takdir
Bargaining
1.
terjadi tawar-menawar
2.
mempunyai harapan / keinginan
Depression
1.
periode grieving sblm kematian
2.
banyak menangis & tidak banyak bicara
Acceptance
1.
klien merasa lebih damai & tenang
2.
menantikan tibanya kematian
3.
mempersiapkan diri menghadapi kematian
2) Kematian
(Death)
Kematian
(death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta
hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya
aktivitas otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap. Selain
itu, dr. H. Ahmadi NH, Sp KJ juga mendefinisikan Death sebagai :
a) Hilangnya
fase sirkulasi dan respirasi yang irreversibel
b) Hilangnya
fase keseluruhan otak, termasuk batang otak
Dying
dan death merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta merupakan
suatu fenomena tersendiri. Dying lebih ke arah suatu proses, sedangkan death
merupakan akhir dari hidup. (Eny Retna Ambarwati, 2010)
ä Ciri-Ciri Pokok Pasien Yang Akan Meninggal
Pasien yang menghadapi sakaratul maut akan memperlihatkan
tingkah laku yang khas, antara lain :
1.
Penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada
anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung yang
terasa dingin dan lembab
2.
Kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat
3.
Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat
4.
Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene stokes
5.
Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri
bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan
bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang
tadinya kelihatan cemas nampak lebih pasrah menerima
ä Pendampingan Pasien Sakaratul Maut (Dying)
Tenaga kesehatanan kepada pasien yang akan meninggal
oleh petugas kesehatan dilakukan dengan cara memberi pelayanan khusus jasmaniah
dan rohaniah sebelum pasien meninggal. Tujuannya yaitu,:
a.
Memberi rasa tenang dan puas jasmaniah dan rohaniah pada pasien dan keluarganya
b.
Memberi ketenangan dan kesan yang baik pada pasien disekitarnya.
c.
Untuk mengetahui tanda-tanda pasien yang akan meninggal secara medis bisa
dilihat dari keadaan umum, vital sighn dan beberapa tahap - tahap kematian
d.
Pendampingan dengan alat-alat medis.
Memperpanjang hidup penderita semaksimal mungkin dan
bila perlu dengan bantuan alat-alat kesehatan adalah tugas dari petugas
kesehatan. Untuk memberikan pelayanan yang maksimal pada pasien yang hamper meninggal,
maka petugas kesehatan memerlukan alat-alat pendukung seperti :
a)
Alat – alat pemberian O2
b)
Alat resusitasi
c)
Alat pemeriksaan vital sign
d)
Pinset
e)
Kassa, air matang, kom/gelas untuk membasahi bibir
f)
Alat tulis
Adapun prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan oleh
petugas kesehatan dalam mendampingi pasien yang hampir meninggal, yaitu :
a.
Memberitahu pada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
b.
Mendekatkan alat
c.
Memisahkan pasien dengan pasien yang lain
d.
Mengijinkan keluarga untuk mendampingi, pasien tidak boleh ditinggalkan sendiri
e.
Membersihkan pasien dari keringat
f.
Membasahi bibir pasien dengan kassa lembab, bila tampak kering menggunakan
pinset
g.
Membantu melayani dalam upacara keagamaan
h.
Mengobservasi tanda-tanda kehidupan (vital sign) terus menerus
i.
Mencuci tangan
j.
Melakukan dokumentasi tindakan
e.
Pendampingan dengan bimbingan rohani.
ä Moral Dan Etika Dalam Mendampingi Pasien Sakaratul
Maut/Dying
Perlu diketahui oleh tenaga kesehatan tentang moral
dan etika dalam pendampingan pasien sakaratul maut. Moral dan etika inilah yang
dapat membantu pasien, sehingga pasien akan lebih sabar dalam mengahadapi sakit
yang di deritanya. Dalam banyak studi, dukungan sosial sering dihubungkan
dengan kesehatan dan usia lanjut. Dan telah dibuktikan pula bahwa dukungan sosial
dapat meningkatkan kesehatan. Perilaku tenaga kesehatan dalam mengeksperikan dukungan
meliputi :
1.
Menghimbau pasien agar Ridho kepada qadha dan qadarnya-Nya serta berbaik sangka
terhadap Allah SWT.
2.
Menghimbau pasien agar tidak boleh putus asa dari rahmat Allah SWT.
3.
Kembangkan empati kepada pasien.
4.
Bila diperlukan konsultasi dengan spesialis lain.
5.
Komunikasikan dengan keluarga pasien.
6.
Tumbuhkan harapan, tetapi jangan memberikan harapan palsu.
7.
Bantu bila ia butuh pertolongan.
8.
Mengusahakan lingkungan tenang, berbicara dengan suara lembut dan penuh
perhatian, serta tidak tertawa-tawa atau bergurau disekitar pasien
9.
Jika memiliki tanggungan hak yang harus pasien penuhi, baik hak Allah Swt
(zakat, puasa, haji, dll) atau hak manusia (hutang, ghibah, dll). Hendaklah
dipenuhi atau wasiat kepada kepada orang yang dapat memenuhi bagi dirinya.
Wasiat wajib atas orang yang mempunyai tanggungan atau hak kepada orang lain.
Dukungan
yang diberikan oleh tenaga kesehatan tersebut bertujuan untuk :
•
Membantu pasien meninggal dengan tenang
•
Mengurangi kesepian, depresi, takut
•
Menjaga rasa aman, harga diri dan martabat
•
Mempertahankan harapan yang ada
•
Membantu pasien menerima kenyataan
•
Memberikan rasa nyaman
ä Kehilangan dan Berduka
Kehilangan adalah siatuasi aktual atau potensial yang
didalamnya sesuatu yang dinilai berharga berubah, tidak lagi ada atau
menghilang. Orang dapat mengalami kehilangan citra tubuh, orang terdekat, rasa
kesejahteraan, pekerjaan, barang pribadi, keyakina atau sensasi terhadap diri
sendiri. Penyakit dan hospitaliasi sering kali menimbulkan kehilangan. Kematian
adalah kehilangan yang amat dalam, baik bagi orang yang menjelang ajal maupun
bagi orang yang ditinggalkan.
Walaupun tidak dapat dihindari, kematian dapat
merangsang orang untuk menumbuhkan pemahaman mereka mengenai diri sendiri dan
orang lain. Kematian dapat dianggap sebagai kesempatan terakhir bagi orang yang
menjelang ajal untuk menjalani hidup dengan cara yang lebih bermakna dan penuh
kepuasan. Individu yang mengalami sering kali mencari makna dari kejadian dan
secara umum diterima bahwa penemuan makna tersebut perlu dilakukan agar terjadi
pemulihan.
ä Faktor yang Mempengaruhi Kehilangan dan Respons
Berduka :
Sejumlah faktor mempengaruhi respons seseorang terhadap
kehilangan atau kematian. Faktor-fakotr ini meliputi usia, makna kehilangan,
budaya, keyakinan spiritual, jenis kelamin, status sosioekonomi, sistem
pendukung, dan penyebab kehilangan atau kematian. Tenaga Kesehatan dapat
mempelajari konsep umum mengenai pengaruh faktor-faktor ini pada pengalaman
berduka, tetapi sekelompok faktor-faktor ini dan maknanya tidak sama pada
setiap individu.
a.
Usia
Usia mempengaruhi pemahaman dan reaksi seseorang
terhadap kehilangan. Setelah terbiasa, orang biasanya meningkatkan pemahaman mereka
terhadap kehidupan, kehilangan dan kematian. Individu biasanya tidak mengalami
kehilangan orang yang dicintai pada interval teratur. Akibatya persiapan untuk
pengalaman ini sulit dilakukan. Koping dengan kehilangan lain dalam hidup,
seperti kehilangan binatang peliharaan, kehilangan seorang teman dan kehilangan
masa muda atau pekerjaan dapat membantu seseorang mengantisipasi kehilangan
yang lebih berat akibat kematian orang yang dicintai denagn mengajarkan mereka
strategi koping yang terbukti berhasil bagi mereka.
b.
Makna Kehilangan
Makna kehilangan bergantung pada persepsi orang yang mengalami
kehilangan. Seseorang dapat mengalami rasa kehilangan yang besar karena
perceraian; sementara orang lain mungkin hanya menganggapnya sebagai gangguan
ringan. Sejumlah faktor yang mempengaruhi makna kehilangan antara lain :
- Makna orang,
objek atau fungsi yang hilang
- Derajat
perubahan yang harus dilakukan karena kehilangan.
- Keyakinan dan
nilai seseorang.
c.
Budaya
Budaya mempengaruhi reaksi individu terhadap
kehilangan. Cara mengungkapkan dukacita kerap ditentukan oleh kebiasaan budaya.
Kecuali terdapat struktur keluarga besar, berdukacita dihadapi oleh keluarga
ini.
d.
Keyakinan Spiritual
Keyakinan dan praktik spiritual sangat mempengaruhi
reaksi seseorang terhadap kehilangan danperilaku yang ditimbulkannya. Sebagian
besar kelompok agama memiliki keibasaan yang berhubungan dengan menjelang ajal
dan sering kali sangat penting bagi klien dan orang pendukung. Untukmemberikan
dukungan pada saat kematian, tenaga kesehatan perlu memahami keyakinan dan
praktik tertentu klien.
e.
Jenis Kelamin
Sosialisasi peran jenis kelaminoleh banyak oarng di
Amerika Serkat dan Kanda mempengaruhi eraksi mereka pada saat kehilangan. Pria sering
kali diharapkan untuk “bersikap kuat” and tidak banyak menunjukkan emosi selama
berduka, sementara wanita diperbolehkan menunjukkan rasa berduka dengan
menangis. Seringkali saat seorang istri meninggal, suami, yang merupakan orang
yang paling berduka diharap dapat menekan emosinya dan menenangkan anak laki-laki
dan perempuannya saat berduka.
f.
Status Sosioekonomi
Status sosioekonomi individu seringkali mempengaruhi
sistem pendukung yang tersedia pada saat kehilangan. Jaminan pensiun dan asuransi,
misalnya, dapat menawarkan berbagai pilihan cara untuk mengatasi kehilangan
pada janda/duda atau individu yang cacat; seseorang yang dihadapkan dengan
kehilangan yang berat dan kesulitan ekonomi mungkin tidak mampu mengatasi
keduanya.
g.
Sistem Pendukung
Orang terdekat individu yang sedang berduka sering
kali menjadi orang pertama yang mengetahui dan memberikan bantuan emosional, fisik
dan fungsional yang dibutuhkan. Namun karena banyak orang yang tidak nyaman
atau tidak berpengalaman dalam mengatasi kehilangan orang yang biasanya
mendukung malah menarik diri dari individu yang biasanya mendukung malah
menarik diri dari individu yang berduka. Selain itu, dukungan mungkin tersedia
saat kehilangan pertama-tama diketahui.
h.
Penyebab Kehilangan atau kematian
Pandangan individu dan masyarakat mengenai penyebab kehilangan
atau kematian dapat secara bemakna mempengaruhi respons berduka. Beberapa
penyakit dianggap “bersih” seperti penyakit kardiovaskular, dan memunculkan
rasa haru, sementara penyakit lain mungkin dianggap menjijikkan dan bencana.
Kehilangan atau kematian di luar kendali orang yang terlibat mungkin lebih
diterima dibandingkan kehilangan atau kematian yang dapat dicegah, seperti
kecelakaan kendaraan bermotor karena pengemudi yang mabuk. Cedera atau kematian
yang terjadi selama kegiatan yang terhormat, seperti : saat menjalankan tugas
dianggap terhormat, sementara yang terjadi selama kegiatan terlarang mungkin
dianggap sebagai kejadian yang patut diterima oleh individu tersebut.
ä Penanganan Pasien Death
Intervensi yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan pada
pasien death adalah :
•
Merawat jenazah
•
Merawat keluarga
•
Memberikan
keterangan kematian secara legal
•
Memberikan tanda
pengenal jenazah
•
Pengurusan organ ( untuk donor )
Tindakan yang dapat diberikan terhadap keluarga pasien
death adalah :
•
Mendengarkan
respon keluarga terhadap masa berduka, kehilangan dan tak berdaya
•
Berikan
kesempatan keluarga utk bersama - sama dengan jenazah beberapa saat.
Bagi keluarga yang ditinggalkan pasien death secara tiba - tiba :
•
Siapkan ruangan
khusus untuk grieving
•
Pahami syok yang
dialami (dengar dan beri support)
•
Bantu keluarga untuk
membuat keputusan
•
Follow up
kondisi berduka keluarga dan beri support ( dukungan )
Tindakan terhadap pasien lain ( yang satu ruang ) :
•
Menyadari adanya
kematian, beri pengertian
•
Antisipasi
terjadinya reaksi berduka
•
Monitor adanya
depresi, pemikiran terhadap kondisi saat ini dan akan datang ( nantinya juga
akan seperti itu / akan mengalami kondisi yang sama )
Kesimpulan
Tenaga kesehatanan kepada pasien yang menghadapi
sakaratul maut (dying) oleh tenaga kesehatan dilakukan dengan cara memberi
pelayanan khusus jasmaniah dan rohaniah sebelum pasien meninggal. Tenaga
kesehatan memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis,
psikologis, dan spiritual pasien sakaratul maut dengan memperhatikan moral, etika
serta menumbuhkan sikap empati dan caring kepada pasien. Penanganan pasien perlu
dukungan semua pihak yang terkait, terutama keluarga pasien dan perlu tindakan
yang tepat dari tenaga kesehatan yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Post a Comment