FISIOLOGI
“ PENGATURAN SUHU TUBUH ( TERMOREGULATOR
) ”
Disusun
Oleh :
BISRI HADI
2012 – 66 – 128
DIANA KARTINI PUTRI
2012 – 66 – 108
INTAN PURNAMASARI
2012 – 66 – 126
WANDA MARIA
2012 – 66 – 038
Fakultas Fisioterapi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
© 2013
TERMOREGULASI
Termoregulasi merupakan suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan
produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan
secara konstan.
A. ASAL PANAS PADA MANUSIA
Tubuh manusia merupakan organ yang
mampu menghasilkan panas secara mandiri dan tidak tergantung pada suhu
lingkungan. Tubuh manusia memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan tubuh
menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan
konstan. Panas yang dihasilkan tubuh sebenarnya merupakan produk tambahan
proses metabolisme yang utamA (panas merupakan energi
kinetik pada gerakan molekul).
Adapun
suhu tubuh dihasilkan dari :
1.
Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR) di semua sel tubuh.
2.
Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi
otot akibat
menggigil).
menggigil).
3.
Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon
lain,
misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron).
misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron).
4.
Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan rangsangan
simpatis
pada sel.
pada sel.
5.
Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu
sendiri terutama
bila temperatur menurun.
bila temperatur menurun.
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal
suhu inti (core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam,
seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya
dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain itu, ada suhu permukaan
(surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan,
dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.
B.
ORGAN PENGATUR SUHU TUBUH
Gambar.1. Pusat termoregulator hipotalamus
Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah Hipothalamus,
Hipothalamus ini dikenal sebagai thermostat yang berada dibawah otak. Terdapat
dua hipothalamus, yaitu:
-Hipothalamus anterior yang berfungsi mengatur
pembuangan panas
-Hipothalamus posterior yang berfungsi mengatur upaya
penyimpanan panas
Saraf-saraf yang terdapat pada bagian preoptik hipotalamus anterior dan hipotalamus
posterior
memperoleh dua sinyal, yaitu :
1.
berasal dari saraf perifer yang menghantarkan sinyal dari reseptor panas/dingin
2.
berasal dari suhu darah yang memperdarahi bagian hipothalamus itu sendiri.
Thermostat hipotalamus memiliki semacam titik kontrol
yang disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh turun sampai
dibawah atau naik sampai di titik ini, maka pusat akan memulai impuls untuk
menahan panas atau meningkatkan pengeluaran panas.
a.
Termoreseptor perifer
Termoreseptor yang terletak dalam kulit ,mendeteksi
perubahan suhu kulit dan membrane mukosa tertentu serta mentransmisi informasi
tersebut ke hipotalamus.
b.
Termoreseptor sentral
Termoreseptor ini terletak diantara hipotalamus anterior,
medulla spinalis, organ abdomen dan struktur internal lainnya juga mendeteksi
perubahan suhu darah.
C. PENJALARAN SINYAL SUHU PADA SISTEM SYARAF
Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan
diteruskan ke dalam otak melalui jaras spinotalamikus (mekanismenya hampir sama
dengan sensasi nyeri). Ketika sinyal suhu sampai di tingkat medulla spinalis ,
sinyal akan menjalar dalam traktus Lissauer beberapa segmen di atas atau di
bawah, dan selanjutnya akan berakhir terutama pada lamina I, II dan III radiks
dorsalis.
Setelah mengalami percabangan melalui satu atau lebih
neuron dalam medulla spinalis, sinyal suhu selanjutnya akan dijalarkan ke
serabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik anterolateral sisi
berlawanan, dan akan berakhir di tingkat reticular batang otak dan komplek
ventrobasal thalamus. Beberapa sinyal suhu pada kompleks ventrobasal akan
diteruskan ke korteks somatosensorik.
D. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUHU TUBUH
1.
Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu
berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi
berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait
dengan laju metabolisme.
2.
Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan
metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis
dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme.
Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya,
rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan
peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
3.
Hormon pertumbuhan
Hormon pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas
tubuh juga meningkat.
4.
Hormon tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir
semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi
laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
5.
Hormon kelamin
Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan
metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan
produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki
karena pengeluaran hormon progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu
tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.
6.
Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan
peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
7.
Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan
metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan
yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami
mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu,
individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia
karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan
panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
8.
Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju
metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang
menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh
hingga 38,3 – 40,0 °C.
9.
Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada
hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan.
Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat
merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar
keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
10.
Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan
lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan
yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu
tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian
besar melalui kulit.
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan
karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus
arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot.
Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai
30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke
kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas
yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.
11. Irama diurnal
Suhu tubuh bervariasi pada siang dan malam hari. Suhu terendah
manusia yang tidur pada malam hari dan bangun sepanjang siang terjadi pada awal
pagi dan tertinggi pada awal malam
12.
Jenis kelamin
Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria
lebih tinggi daripada wanita. Suhu tubuh wanita dipengaruhi daur haid. Pada
saat ovulasi, suhu tubuh wanita pada pagi hari saat bangun meningkat 0,3-0,5°C
13.
Usia individu
Usia sangat mempengaruhi metabolisme tubuh akibat
mekanisme hormonal sehingga memberi efek tidak langsung terhadap suhu tubuh.
Pada neonatus dan bayi, terdapat mekanisme pembentukan panas melalui pemecahan
(metabolisme) lemak coklat sehingga terjadi proses termogenesis tanpa menggigil
(non-shivering thermogenesis). Secara umum, proses ini mampu meningkatkan
metabolisme hingga lebih dari 100%. Pembentukan panas melalui mekanisme ini
dapat terjadi karena pada neonatus banyak terdapat lemak coklat. Mekanisme ini
sangat penting untuk mencegah hipotermi pada bayi.
E. SISTEM PENGATURAN SUHU TUBUH
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan
suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu
tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan
oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus
mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan
balik.
Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu tubuh inti
telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut
titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti
konstan pada 37°C. apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap,
hipotalamus akan terangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk
mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran
panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal
suhu inti (core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam,
seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya
dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C).
Selain itu, ada suhu permukaan (surface temperatur),
yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini
biasanya dapat berfluktuasi sebesar 30°C sampai 40°C. Lokasi pengukuran
temperatur tubuh :
·
Ketiak (aksila),
sub lingual (dibawah lidah) atau rektal (dubur)
·
Temperatur dubur
lebih tinggi 0,3 – 0,5 oC daripada temperatur aksila
·
Suhu rektal agak
konstan bila dibandingkan dengan suhu-suhu di daerah lain
·
Temperatur
rata-rata kulit : 0,07 Tkepala + 0,14 Tlengan + 0,05 Ttangan + + 0,07 Tkaki +
0,13 Tbetis + 0,09 Tpaha + 0,35 Tbatangtubuh
·
Temperatur tubuh
rata-rata : Mean Body Temperatur = (0,69
x temp rektal) + (0,33 x temp kulit rata-rata)
Tabel Perbedaan
derajat suhu normal pada berbagai kelompok usia :
·
Hipotermi, bila
suhu tubuh kurang dari 36°C
·
Normal, bila
suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5°C
·
Febris / pireksia,
bila suhu tubuh antara 37,5 - 40°C
·
Hipertermi, bila
suhu tubuh lebih dari 40°C
(Tamsuri Anas, 2007)
F. MEKANISME TUBUH KETIKA SUHU TUBUH BERUBAH
1.
Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh
meningkat :
a.
Vasodilatasi : disebabkan oleh
hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior (penyebab
vasokontriksi) sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang
memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan
kali lipat lebih banyak.
b.
Berkeringat : pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran
panas melalui evaporasi.
c.
Penurunan pembentukan panas : Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti
termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.
2.
Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun :
a.
Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh à karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus
posterior.
b.
Piloereksi à Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili
yang melekat pada folikel rambut berdiri.
c.
Peningkatan pembentukan panas à sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme
menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi
tiroksin.
G. MEKANISME KEHILANGAN PANAS MELALUI KULIT
Panas dapat hilang dan masuk ke dalam tubuh manusia
dengan cara konveksi, konduksi, radiasi dan evaporasi.
1.
Radiasi
Radiasi
adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah.
Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 –
20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru
tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit
(60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas.
2.
Konduksi
Proses perpindahan kalor secara konduksi bila dilihat
secara atomik merupakan pertukaran energi kinetik antar molekul (atom), dimana
partikel yang energinya rendah dapat meningkat dengan menumbuk partikel dengan
energi yang lebih tinggi.
Konduksi terjadi melalui getaran dan gerakan elektron
bebas.
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan
langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh.
H. EFEK PANAS
·
Efek panas
terbagi dalam 3 bagian :
1.Fisik, Panas menyebabkan zat cair, padat dan
gas mengalami pemuaian ke segala arah
2.Kimia, kecepatan reaksi kimia akan meningkat dengan
peningkatan temperatur reaksi oksidasi Permeabilitas membran sel akan
meningkat sesuai dengan peningkatan suhu pada jaringan akan terjadi
peningkatan metabolisme peningkatan pertukaran zat kimia tubuh dalam cairan
tubuh
3. Biologis, sumasi dari efek panas terhadap
fisik dan kimia peningkatan sel darah putih, peradangan & dilatasi
pembuluh darah peningkatan sirkulasi darah dan peningkatan tekanan kapiler
& pH darah menurun.
·
Energi panas dalam
bidang kedokteran
o Romans (600 a.d) : memakai minyak panas untuk memijat
o Faure (1774) : mempergunakan “Hotsbrichs” dalam
pengobatan nyeri yang disebabkan rheumatik
o Roebereiner (1816) : Pemakaian sinar dalam bidang
pengobatan
o Reyn (1913) : Menggunakan sinar ungu ultra dalam
irradiasi tubuh
o Langevin (1917) : mempergunakan ultrasonik dalam
pengobatan
·
Penggunaan energi panas
dalam pengobatan
1. Metode Konduksi :
Terjadi apabila terdapat perbedaan temperatur antara
kedua benda à
panas akan ditransfer dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih dingin
a. Kantong air panas/botol berisi air panas à pengobatan nyeri (mis nyeri perut)
b. Handuk panas à pada daerah otot yang sakit (mis spasme otot)
c. Turkish bath/mandi uap à untuk penyegar, relaksasi otot
d. Mud packs/lumpur panas à mengkonduksi panas kedalam jaringan, mencegah
kehilangan panas tubuh
e. Wax bath/parafin bath à mentransfer panas pada tungkai bawah terutama pada
orang tua
f. Electric pads à melingkari kawat elemen panas yang dibungkus asbes
atau plastik
à
Untuk pengobatan penyakit neuritis, sprains, strain, contusio, sinusitis dan
low back pain
2. Metode Radiasi :
a. Electric fire
b. Infra merah
3. Metode elektromagnetis :
a.
Short wave
diathermy (Diatermi gelombang pendek)
b.
Micro wave
diathermy (gelombang radio dengan
ossilasi pada frekuensi yang sangat tinggi (frekuensi 900 MHz)
4. Gelombang ultrasonik à gelombang bunyi dengan frekuensi 1 MHz à lebih efektif
pada tulang dibanding dengan soft tissue karena tulang lebih banyak menyerap panas
pada tulang dibanding dengan soft tissue karena tulang lebih banyak menyerap panas
·
Penggunaan energi
dingin dalam pengobatan
o
Kriogenik :
pengetahuan dan teknologi yang menghasilkan dan menggunakan suhu yang sangat
rendah
o
Kriobiologi :
mempelajari efek suhu rendah pada bidang biologi atau kedokteran
o
Penggunaan
temperatur rendah dalam bidang kedokteran :
1. Penyimpanan darah (bank darah)
2. Penyimpanan sperma (bank sperma)
3. Penyimpanan bone marrow (sumsum tulang)
4. Penyimpanan jaringan tubuh lainnya
5. Penyimpanan obat-obatan
6. Pengobatan edema yang diakibatkan trauma akut dan
sakit kepala à
ice bag/kantong es
7. Pengobatan nyeri dan bengkak lokal à kompres dingin
8.
Operasi jaringan
kanker
0 komentar:
Post a Comment